Vihara Vimalakirti, Sungailiat

Pembinaan Sekjen Ditjen Bimas Buddha RI kepada KBI Kepulauan Bangka Belitung

Sungailiat, 20 Mei 2025 – Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr. Triroso, S.Ag., S.Pd., M.M., melaksanakan pembinaan kepada Komunitas Buddhayana Indonesia (KBI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini berlangsung di Vihara Vimalakirti, Sungailiat, dan dihadiri oleh berbagai unsur organisasi keagamaan Buddha dalam lingkup Keluarga Buddhayana Indonesia.

---

Dr. Triroso hadir didampingi oleh Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Wisnu Widiyanto, S.H., M.M., Penyelenggara Bimas Buddha Kota Pangkalpinang, Misno, S.Ag., dan Penyelenggara Bimas Buddha Kabupaten Bangka, Sarjono, S.Ag.. Rombongan disambut hangat oleh Ketua MBI Bangka Belitung, Lius Kurniady, S.Kom., bersama para aktivis KBI yang terdiri dari Wanita Buddhis Indonesia (WBI), Sekber PMVBI (Pemuda Buddhayana), PUB, Yayasan, dan PMV/C.

Dalam arahannya, Dr. Triroso menekankan pentingnya perhatian terhadap vihara dan cetya di daerah pelosok. Menurutnya, vihara bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pembinaan mental dan sosial umat. Karena itu, dukungan terhadap tempat-tempat ibadah yang berada di wilayah terpencil harus menjadi perhatian bersama.

Beliau juga menyoroti program pembangunan Dhammasekha di beberapa daerah, termasuk yang saat ini tengah berjalan di Belitung. Pusat pendidikan Dharma ini diharapkan menjadi ruang belajar dan pengembangan diri bagi umat Buddha, khususnya generasi muda.

Tak hanya itu, dalam kesempatan tersebut juga dibahas usulan kegiatan Waisak Bersama KBI sebagai agenda kolaboratif dalam waktu dekat. Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum mempererat kebersamaan dan memperkuat semangat kebhikkhuan di antara sesama umat Buddha lintas organisasi.

Melalui kegiatan pembinaan ini, diharapkan koordinasi antara tokoh umat, majelis, dan lembaga keagamaan Buddha di Bangka Belitung semakin harmonis. Komitmen bersama dalam penguatan umat di daerah menjadi kunci untuk membangun Buddhisme yang inklusif, aktif, dan berdaya saing dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.